
Banyak orang yang kemudian mulai berdagang mata uang virtual. Kondisi disebut sebagai cytocurrencny yakni demam mata uang virtual. Setidaknya hingga saat ini, sudah ada lebih dari 80 jenis mata uang, seperti peercoin, namecoin, worldcoin, hingga hoobonicles. Mata uang tersebut tersebut menjadi pilihan alternatif terkuat bagi bitcoin.
Salah seorang ahli mata uang virtual, dilansir dari Wall Street Journal mengatakan, pilihan alternatif dari jenis mata uang ini dipicu oleh popularitas bitcoin di mata pengguna. Bitcoin sendiri dirilis pada 2009 silam dan kini, harga jual per koinnya bisa mencapai US$ 540. Hingga kini pun, nilai semua bitcoin yang ada, diperkirakan bernilai sekitar US$ 6,6 miliar.
Kepopuleran bitcoin ini mendorong Kongres di Amerika Serikat menggelar rapat dengar pendapat mengenai legalitas mata uang tersebut. Banyak dari anggota kongres yang khawatir, bitcoin bakal dimanfaatkan untuk aktivitas ilegal. Namun, di hadapan kongres, badan penegak hukum menegaskan, bitcoin merupakan mata uang yang legal dan bisa menjadi pembayaran untuk barang dan jasa.
Layaknya valuta asing, bitcoin pun bisa diperdagangkan, namun secara digital. Investor biasanya membeli uang virtual tersebut sewaktu harganya murah melalui bursa online. Lalu, ketika harganya menguat, investor tersebut kemudian menjualnya. Lonjakan harga per koinnya pun cukup signifikan, dari US$ 548 menjadi US$ 781,82. Namun, itu tidak menutup kemungkinan harganya bisa jatuh signifikan juga.
Garya Thomas, salah satu broker yang mulai fokus menjalankan investasinya ke mata uang virtual yang bukan bitcoin, melainkan beberapa pendatang baru, seperti alphacoin dan fastcoin. “Mata uang digital akan sangat menguntungkan, di luar pikiran orang banyak,” tuturnya
0 comments:
Post a Comment